MENCOBA MENGHADIRKAN KEBERADAAN BENDA-BENDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA CARA KEHIDUPAN DAN BUDAYA CINA PERANAKAN DI INDONESIA PADA JAMAN DULU SECARA BEBAS DAN SUBYEKTIF.

Thursday, March 30, 2017

CHINESE QING DYNASTY HONOR SCREEN





















SKETSEL 8 DEWA LIAO SHU KUI 廖树葵
Gilding emas, lacquer dan serbuk kaca pada kayu kemungkinan jenis Nanmu / Namwood . Perunggu pada ornamen, engsel pengait dan pembungkus kakinya.
Qing Dynasty, periode Daoguang ( 1821 - 1850 ), Cina.
10 panel 19 cm x 118,5 cm x 2,5 cm.Total panjang 200,2 cm.
Ada 1 papan yang pernah pecah, ada 1 ornament kupu-kupu dan 5 daun artemisia yang hilang ( 1 patah ). Ada 8 perunggu pembungkus kaki yang sudah tidak ada, 1 -2 engsel sudah gantian. Ada repair pada 2 ukiran bawah dan sedikit pada kisi-kisi merah dibelakang ukiran utama.
Intinya kondisi masih sangat baik untuk benda kayu dengan ukiran berusia 170 tahun keatas. Kondisi hampir 95 % utuh dengan gilding yang masih baik adalah hal yang cukup jarang ditemukan.

Dihiasi dengan ukir krawangan figur 8 dewa berikut hewan kendaraannya, sebuah fragmen 10 panel semacam cerita di bagian tengah dan 10 jenis bunga + buah pada ukiran paling atas. Pengait pengunci papan yang terbuat dari perunggu bermotifkan kupu-kupu dan daun artemisia.
Sebagian panel diberi pewarna lacquer yang di bubuhi serbuk butiran kaca, berfungsi untuk menangkal unsur 'jahat' disekitar.
Selain lacquer / gincu dan prada, sebuk kaca adalah salah satu ciri tehnis pewarnaan pada tradisi Peranakan / Cina.

10 panel berisi syair, 2 buah timbul berdimensi dan 8 panel tulisan tinta emas dengan kefasihan yang mengalir. Beberapa diantaranya samar terlihat ada yang di tutup / diulang secara keseluruhan, menunjukkan obsesi untuk mencapai kesempunaan / perfeksionis, baik dari sisi kaligrafi tulisan atau dari isi syairnya.

Terdapat cap / seal nama pembuat Liao Shu Kui 廖树葵 , seorang seniman pembuat syair dan penulis kaligrafi Cina, yang diperkirakan hidup pada jaman Qing antara peiode Jiaqing dan Daoguang ( 1800 - 1860 ).
Dibuat khusus untuk hadiah sebagai penghormatan kepada seseorang yang merayakan ulang tahun ke 70, beliau telah memiliki turunan sebanyak 4 generasi.
Hadiah dengan syair dan kaligrafi buatan seorang seniman penyair tentunya bukan untuk sembarang orang.

Tidak dapat diketahui secara keseluruhan informasi dan isi dari kaligrafi sketsel ini, selain karena magna berupa puisi tidak mudah ditafsirkan, juga tulisan masih menggunakan aksara dari jaman Qing, berbeda dengan bentuk aksara saat ini. Bagi Anda yang pandai dalam aksara kuno tentu lebih paham.

Benda pesanan pribadi seperti ini adalah spesial, karena tidak dibuat untuk umum, akan sulit menemukan benda persis serupa secara keseluruhan.

Kemungkinan besar sketsel dibawa dari daratan Cina oleh pemiliknya yang datang ke pulau Jawa pada awal abad 19.
Exodus pada masa itu tidak melulu masalah ekonomi untuk mencari kehidupan yang lebih baik, banyak juga karena konflik politik dengan kerajaaan Dynasty Qing yang berkuasa saat itu. Diantara mereka banyak yang kaum intelektual atau orang berpengaruh didaerah asalnya.
Thanks Mr. T

1 buah sketsel :
Zold - Batam

Friday, March 10, 2017

PERANAKAN DRAGON WOODEN HANGER










GANTUNGAN KAIN PERANAKAN
Lacquer dan gilding di atas kayu jati
Awal abad 20, Jawa Tengah, Indonesia
Lebar 6 cm, tebal 3 cm, panjang keseluruhan 145 cm
Ada cuil pada 1 gigi di masing-masing kepala naga, prada ada yang sudah aus
Relatif masih baik

Mempunyai bentuk kepala naga yang mirip dengan centong nasi Peranakan, hanya sedikit lebih besar dengan leher cenderung horisontal tidak meliuk. Dan mempunyai jumlah jauh lebih sedikit jika di bandingkan dengan bentuk centong tersebut.

Di jaman sekarang kadang di fungsikan untuk display kain batik atau baju pengantin Peranakan, walau fungsi aslinya kemungkinan untuk kain sulaman, terutama sulaman bertema perayaan yang di cantolkan di atas ambang pintu rumah Cina Peranakan pada acara tertentu, Imlek atau perkawinan misalnya.

Bagian kepala mempunyai 'sindik' yang bersifat 'knokdown' sehingga dengan mudah bisa dilepas untuk memasukkan batang kayu kedalam 'selonsong' kain sulaman ( tetapi pada gantungan ini sindik sudah agak melekat karena lama tidak pernah di fungsikan ).

1 buah gantungan tampa sulamannya :
Zold - Jakarta